TV : Kotak Ajaib Pencuci Otak Anak

Kalo kita perhatikan, hampir semua rumah ada yang namanya TV. Kotak segi empat yang ajaib. Kenapa ajaib? Ya karena dari kotak itu kita disuguhkan berbagai macam tontonan dan mata kita akan terpaku seolah tak mau lepas menatapnya.

Menurut salah satu artikel yang pernah saya baca, ternyata tontonan bisa efektif membentuk karakter seseorang. Apalagi anak2 yang otaknya seperti spons.

Ada analogi kisah menarik dari artikel tersebut : dulu Inggris dan Spanyol dikenal sebagai negara-negara penakluk yg besar, dan diakui. Tapi sekarang, kenapa Inggris tetap maju sedangkan Spanyol tidak sebesar dulu?

Ternyata, di Inggris anak2 mudanya disuguhi tontonan yang membangun jiwa, seperti kisah petualangan, biografi tokoh-tokoh inspirasional, serial-serial mendidik yang membangun jiwa anak, kisah kepahlawanan dan kisah-kisah lainnya yang positif dll. Saya jadi ingat Enid Blyton pengarang dari Inggris, yang sukses membuat berartus buku cerita anak yang menurut saya punya nilai edukasi. Apa hasilnya dari suguhan tontonan yang penuh nilai edukasi itu? Saat ini sebagian besar anak2 muda Inggris tumbuh menjadi generasi yang punya jiwa kreativitas tinggi dan sportif.

Sedangkan di Spanyol, mereka di suguhi tontotan telenovela yang sarat akan percintaan murahan, perselingkuhan, pergaulan bebas, penghianatan dll. Dan hasilnya adalah generasi yang tidak setangguh pendahulunya.

Di negara kita? Ternyata rata-rata tontonan di TV saat ini adalah tontonan yang sangat jauh dari mendidik (hedonis, pergaulan bebas, klenik dll). Dan hasilnya? Anak2 muda yg sudah mengenal pergaulan bebas bahkan ada yg sejak SD (SD???TT_TT), narkoba, tawuran dll...

Mengapa TV bisa berperan begitu besar untuk membentuk karakter sebuah bangsa? Para ahli dari University of Washington, Amerika Serikat mengadakan suatu penelitian tentang pengaruh televisi dengan kemampuan otak anak. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa televisi telah mengubah cara berpikir seorang anak. Anak-anak yang terlalu banyak menonton TV biasanya akan tumbuh menjadi sosok yang sulit fokus pada sesuatu dan kurang perhatian pada lingkungan sekitar. Perhatian mereka terpaku pada televisi.

Disebutkan pula dalam hasil penelitian tersebut, bahwa satu jam menonton televisi sehari pada anak-anak usia 0 hingga tiga tahun akibatnya baru tampak ketika mereka berusia sekitar tujuh tahun. Mereka biasanya akan mengalami masalah konsentrasi.

Padahal sebagian ibu-ibu di negeri kita membiasakan anak-anaknya menonton TV dengan berbagai alasan. Supaya anaknya anteng, atau mau makan (biasanya untuk kasus-kasus anak yang susah makan). Saya juga begitu hiksss (nyesel). Kadang TV jadi andalan terakhir saat harus menyelesaikan berbagai kerjaan tapi kita terburu-buru waktu. Walopun acaranya yang kita pilihkan film kartun.

Cara itu memang ampuh dalam waktu singkat. Sayangnya dampak akibat dari cara cepat yang kita ambil itu gak cuma sesaat tapi bisa jadi seumur hidup anak. Ciyussss? Iya, serius :) .

Taukan film Tom n Jerry? (pasti paham doonnng? :D ). Itu salah satu film yang bisa dibilang everlasting, alias gak ada "mati"nya. Dari saya kecil sampai beranak pinak begini, itu film gak ada habisnya ditayangkan oleh stasiun televisi. Lucu sih emang, tapi oh tetapi dibalik kelucuannya ada sesuatu yang harus kita waspadai.

Tom & Jerry itu mengajarkan anak-anak tentang kekerasan. Biasanya adegan yang penuh dengan pukul-pukulan antara si Tom dan si Jerry menghiasi hampir seluruh film. Anak-anak yang sering menonton film itu secara tidak sadar diajarkan bahwa memukul itu bukan sesuatu yang dilarang dan biasa.

Atau sinetron remaja yang bertema bullying dan romansa ala cinta monyet. Biasanya isi cerita gak akan jauh-jauh dari tokoh lemah yang dibully teman-temannya dan ditolong pangeran cakep. Settingnya juga biasanya anak orang kaya yang manjanya gak ketulungan.



Belum lagi seliweran iklan-iklan yang jauh dari positif. Kebanyakan mengajarkan konsumerisme, atau konsep yang gak jelas. Masa' ada iklan kopi pake adegan wanita mau (maaf) dikissing sama pemeran prianya? Korelasinya apa coba? Ada sih iklan-iklan yang bagus, kayak Biskuat dengan setting ibu dan anak yang mengajarkan iklim untuk berkompetisi yang fair play. Untuk iklan Biskuat yang ini, saya acung 4 jempol deh :). Tapi ada berapa banyak iklan mendidik dibanding yang sebaliknya?

Dan daftar tayangan TV yang buruk itu akan semakin panjang, kalo mau dibedah secara keseluruhan. Bandingkan dengan tayangan yang mendidik, seperti Serial Unyil, si Bolang, Upin Ipin dan semacamnya.. Mungkin gak akan ada 50% bila dibandingkan yang gak mendidik.

Trus, solusinya apa? Menuntut pemerintah (baca : kementrian informasi) membenahi? Bisa juga sih, cuma saya gak terlalu yakin. Paling mungkin, ya dari kita sendiri. Matikan TV. Alihkan dengan kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat. Membuat kerajinan bersama, berkebun, membaca dan lain-lain. Masih banyak kegiatan kalo kita mau bersusah payah sedikit lebih kreatif dan meluangkan waktu. Memang butuh proses yang panjang, setidaknya kita mau berusaha ke arah sana.


Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari, selamatkan anak2 kita dimulai dari anak2 kita sendiri ....#save our children

(Gambar di ambil dari sini.)

Komentar

  1. Bener mbak tv itu cara yg paling efektif buat cuci otak anak. salam kenal :)

    BalasHapus
  2. Bener mbak tv itu cara yg paling efektif buat cuci otak anak. salam kenal :)

    BalasHapus
  3. Iya. Efektif banget :) . Salam kenal juga. Makasih sudah mampir dan membaca ^_^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer